JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Nasional Masyarakat Indonesia (KNMI) bekerja sama dengan PT. Energy Karya Madani berhasil menciptakan bioetanol yang kemudian disebut Biopremium ramah lingkungan. Uniknya, bahan bakar pengganti bensin tersebut diolah dari tanaman singkong.
"Kami sudah uji coba ke 1.200 kendaraan selama beberapa bulan terakhir dan tidak ada kerusakan mesin, baik-baik saja," ujar sang penemu yang juga Dirut PT Energy Karya Madani S Adibrata, Senin (24/5/2010) di Jakarta.
Menurut Kepala Bidang Ekonomi KNMI Endy Priyatna, kelebihan dari etanol berbahan singkong ini adalah kandungan alkohol atau etil etanolnya bisa mencapai 96 persen, bahkan bisa ditingkatkan hingga 99 persen. "Bisa dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol pada bahan bakar yang ada sekarang, yang hanya sekitar 70 persen," ungkapnya kepada para wartawan.
Meski dinamakan Biopremium, kualitas bioetanol ini setaraf dengan pertamax keluaran Pertamina. Hal ini sudah diuji pada mobil-mobil mewah yang memiliki cc besar. "Kemarin sudah juga dilakukan test drive dari Jakarta ke Subang dengan jarak sekitar 200 km, dan tidak ada masalah," ujar Endy.
Selain kualitas yang tak kalah baik dengan yang dihasilkan bensin dari bahan bakar fosil, biopremium ini juga dinilai ekonomis. Menurut Endy, untuk menghasilkan satu liter etanol diperlukan enam kilogram singkong.
Harga singkong Rp 400 per kilogram. Itu berarti, satu liter etanol hanya menghabiskan Rp 2.400 ditambah ongkos produksi Rp 1.000. Total harga satu liter etanol singkong menjadi Rp 3.400. Harga ini jauh lebih murah dengan yang ada di pasaran.
Adapun siang ini sekitar pukul 11.00, tujuh mobil berbendera KNMI dilepas dari Sekretariat KNMI di Jalan Tebet Utara III menuju Surabaya. Ketujuh mobil tersebut sudah berbahan bakar singkong dengan persentase kandungan etanol dari 25 hingga 100 persen.
Perjalanan ini selain ditujukan untuk mengetes kemampuan Biopremium tersebut pada perjalanan jarak jauh, juga untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang sumber daya alternatif ini.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/2010/05/24/12422622/Melaju..Mobil.Berbahan.Bakar.Singkong
"Kami sudah uji coba ke 1.200 kendaraan selama beberapa bulan terakhir dan tidak ada kerusakan mesin, baik-baik saja," ujar sang penemu yang juga Dirut PT Energy Karya Madani S Adibrata, Senin (24/5/2010) di Jakarta.
Menurut Kepala Bidang Ekonomi KNMI Endy Priyatna, kelebihan dari etanol berbahan singkong ini adalah kandungan alkohol atau etil etanolnya bisa mencapai 96 persen, bahkan bisa ditingkatkan hingga 99 persen. "Bisa dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol pada bahan bakar yang ada sekarang, yang hanya sekitar 70 persen," ungkapnya kepada para wartawan.
Meski dinamakan Biopremium, kualitas bioetanol ini setaraf dengan pertamax keluaran Pertamina. Hal ini sudah diuji pada mobil-mobil mewah yang memiliki cc besar. "Kemarin sudah juga dilakukan test drive dari Jakarta ke Subang dengan jarak sekitar 200 km, dan tidak ada masalah," ujar Endy.
Selain kualitas yang tak kalah baik dengan yang dihasilkan bensin dari bahan bakar fosil, biopremium ini juga dinilai ekonomis. Menurut Endy, untuk menghasilkan satu liter etanol diperlukan enam kilogram singkong.
Harga singkong Rp 400 per kilogram. Itu berarti, satu liter etanol hanya menghabiskan Rp 2.400 ditambah ongkos produksi Rp 1.000. Total harga satu liter etanol singkong menjadi Rp 3.400. Harga ini jauh lebih murah dengan yang ada di pasaran.
Adapun siang ini sekitar pukul 11.00, tujuh mobil berbendera KNMI dilepas dari Sekretariat KNMI di Jalan Tebet Utara III menuju Surabaya. Ketujuh mobil tersebut sudah berbahan bakar singkong dengan persentase kandungan etanol dari 25 hingga 100 persen.
Perjalanan ini selain ditujukan untuk mengetes kemampuan Biopremium tersebut pada perjalanan jarak jauh, juga untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang sumber daya alternatif ini.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/2010/05/24/12422622/Melaju..Mobil.Berbahan.Bakar.Singkong
0 komentar:
Posting Komentar